Ketika sebuah perasaan tak lagi sama seperti dulu, ketika sebuah rasa cinta telah hilang, ketika tak bisa seperti yang dulu dan tak menginginkan dia lagi, ketika ingin melupakan semua yang pernah terjadi. Mungkin hanya bisa mengungkapkan lewat kata-kata.
Agar dia mengerti apa yang kita rasakan, agar dia bisa tau apa yang kita mau. Hanya sebuah kata-kata sampah untuk seseorang.
"Tak Mengingikan Kamu Lagi"
Jadi, katakan padaku..
Bagaimana rasanya berhenti mencintai?
Mungkin melihat kehadiran dia.
Kemudian segalanya tiba-tiba terasa amat biasa.
Atau bahkan membuatmu jengah.
Saat-saat ketika kamu mungkin amat ingin memberi seulas sapa.
Tapi menarik diri karena tahu,
Tak akan lagi ada yang istimewa.
Bukan tentang daya tarik diri yang sedang aku bicarakan.
Bukan saat-saat ketika dia mungkin salah potongan rambut.
Atau lupa memakai parfum.
Karena,
Bahkan di saat-saat terburuk itu.
Kamu pernah mendengarku berkata,
"aku tidak suka apa-apa yang datar, kecuali saat kamu bercanda".
"I saw you at your worst, and I still think you’re the best".
Aku pernah menulisnya di sini.
Kataku,
Aku amat takut akan tiba suatu hari.
Ketika aku tidak menginginkan kamu lagi.
Satu dari monolog-monolog yang ada kalanya aku ingin kamu membacanya.
Aku tak tahu pernahkah kamu benar-benar membacanya.
Sebagaimana halnya aku tak tahu.
Pernahkah kamu benar-benar membaca segala pesan yang aku tunjukkan itu.
Benar-benar merasakan bahwa aku memiliki energi sebesar itu untuk mencintaimu.
Mengerahkan seluruh hati untuk tetap menerima di saat-saat terburukmu.
dan terus bertahan meski diabaikan.
Kamu juga telah membuktikannya.
Aku sudah pernah, Sayang.
***
Aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya.
Bertahan dalam pasungan bodoh.
Melewati bulan-bulan yang tak akan sanggup dilewati siapapun tanpa cinta yang setia.
Memberi segala yang mampu kuberi, dan tidak mengharap balasan.
Dan terus mencintai hingga pada akhirnya.
Kutemukan cinta lain yang di sana hatiku terlindungi. Kemudian menjadi sungguh-sungguh lupa.
Bahwa sebelumnya, aku pernah mencintai dia.
Ketika dia datang kembali.
Aku sudah benar-benar tidak menginginkannya lagi.
Aku berhenti mencintai.
Betapapun dia kemudian mengiba mengharapkannya.
***
Mereka bilang aku tidak punya kecerdasan itu.
Kecerdasan untuk mengurangi jumlah cintaku.
Ketika hatiku telah jatuh.
yang kemudian membuat dia berpikir bahwa aku akan terus berada di sana.
Menanti dengan setia.
Kecerdasan yang mungkin akan mampu menyelamatkanku dari kehancuran hati berkali-kali.
Kecerdasan yang melindungiku dari dimanfaatkan keadaan—aku tak punya.
Aku terlalu tulus.
Tapi aku menyukai diriku yang terlalu tulus.
Aku menyukai saat ketika hatiku serta merta jatuh. Saat-saat ketika aku tak perlu bersusah payah untuk menahannya.
dan perasaan menyenangkan ketika seluruh cinta itu tumpah.
Seperti yang kurasakan padamu.
Tapi mungkin mereka benar.
Itulah yang kemudian membuat diriku selalu dimanfaatkan. Tak pernah jera karena diabaikan.
dan tetap menyediakan diri untuk terus disakiti.
Tapi Kekasihku..
Saat ini sudah bukan itu yang kutakutkan lagi.
Saat ini aku takut hari itu benar-benar tiba.
Hari ketika kamu pada akhirnya menginginkanku.
Setengah mati ingin aku mencintaimu.
Namun di saat yang sama.
Aku sudah tak punya sedikitpun lagi yang tersisa.
Karena meski aku tidak memperlihatkannya,
Di saat-saat itu, hatiku sungguh terasa perih.
Sakit ketika diabaikan.
Cemburu ketika kamu tidak tahu.
Rindu..
Namun tak yakin haruskah mengungkapkannya padamu.
Dan ada saat-saat ketika aku sungguh lelah.
Maka, barangkali kamu ingin mengantisipasi ini.
Mungkin saja, kelak..
Pada suatu hari nanti.
Aku benar-benar tidak menginginkan kamu lagi.
Sesuatu yang pernah indah, pada akhirnya akan hilang dan menyesakan. Meninggalkan kenangan ataupun luka dihati, yang akhirnya tak menginginkan dia lagi dan bahkan ingin melupakan semuanya. By: Fairish Aurella Bilqish.